DIALOG 2, ASWAJA VS WAHABI, ttg IRADAH ALLAH BARU

 DIALOG TENTANG ALQURAN KALAM QADIM,  IRADAH ALLAH BARU


*(Seluruh jawaban pada dialog ini adalah bila kaif. Seluruh makna kalimat yang terdapat pada pertanyaan ditiadakan, maka dialog ini merupakan dialog basa-basi tanpa arti)


WHB: Bagaima kalian dalam memahami Al-Qur'an yg di turunkan setelah kitab² yg lainnya dan turun pada masa Nabi Muhammad saw


Wjangan malu2 mengatakan bahwa AlQuran itu mahluk...😅


WHB: Apakah menurutmu Allah tidak punya shifat masyiah (berkehendak), istiwa itu jaiz bagi Allah. Allah berkehendak istawa di atas Arsynya.Arsy itu baru tapi shifat istiwa itu ada pada diri Allah, Allah sendiri yg menshifati bahwa Allah beristiwa di atas Arsy dan itu jaiz


WHB: Al-Qur'an itu turun nya pada masa Nabi Muhammad saw, pertanyaan nya apakah Al-Qur'an itu baru?

Pada azali Allah belum menciptakan Makhkuk apapun bagaimana bisa dikatakan istiwa diatas Arsy


Pada Azali Allah tidak menciptakan Makhluk lalu menciptakan Makhluk apakah itu maknanya berubah dan mempengaruhi ke azaliannya


Al-Qur'an bukan Makhluk dan barang siapa yg mengatakan Al-Qur'an makhluk maka hukumnya kafir, ijmak ulama


ASWJ: Al Qur'an bukan mahluk.

Al Qur'an sudah ada sebelum alam semesta dan seluruh Nabi Diciptakan, demikian akidah ahlussunnah wal jama'ah.


Al Qur'an itu azali.

Ditulis di atas lauh al mahfudz. Lauh al mahfudz adalah hadits.

Yg baru adalah diturunkannya (diwahyukannya) al qur'an kepada Nabi Muhammad SAW.


WHB:Nah jika sudah dituliskan dalam Lauhul Mahfudz semuanya semua urusan makhluk, apakah maknanya semua perkata'an Tuhan dan perbuatan Tuhan itu sudah terjadi semuanya dgn sebab di adakannya kitab/dituliskannya kitab di lauhil mahfudz.

*(di sini banyak kata2 yang menunjukan muhal bagi Allah, yaitu jika, sudah, apakah, karena kata2 tsb menghendaki pola dan terikat waktu. Tidak ada kaif pada sifat ketuhanan. Maka jawaban yg tepat Allah menulis, menulis aja tanpa kaif) 


Bagaimana dgn adanya qodho dan takdir, apakah kamu mempercayainya dan apakah menurutmu itu sudah terjadi ataukah belum?


أعوذ بالله من الشيطان الرجيم 

ويل لكل همزة لمازة

Bisakah anda menjelaskan makna yng terkandung dalam surah ini


ASWJ: Berdasarkan akidah Abu Hanifah. Perbuatan Allah adalah sifat di dalam azali. Tidak ada awal/tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Berbeda dengan perbuatan mahluk yang memiliki awal dan akhir.

ﻭاﻟﻔﻌﻞ ﺻﻔﺔ ﻓﻲ اﻷﺯﻝ ﻭاﻟﻔﺎﻋﻞ ﻫﻮ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ 

Dan perbuatan Allah adalah sifat di dalam azali, dan yang berbuat adalah Allah ta'ala.

ﻭاﻟﻔﻌﻞ ﺻﻔﺔ ﻓﻲ اﻷﺯﻝ ﻭاﻟﻤﻔﻌﻮﻝ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﻭﻓﻌﻞ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ

Perbuatannya adalah sifat di dalam azali, dan objek perbuatan adalah yg memiliki permulaan, sedangkan perbuatan Allah ta'ala bukan yang memiliki permulaan.

Kitab Al Fiqhul Akbar.


WHB:

Perbuatan penciptaan Makhluk apakah tidak ada permulaan nya ?

Jika memang benar begitu seperti yang kamu katakan maka tidak ada perbedaannya antara adanya Tuhan dan adanya Makluk


*(kata permulaan itu akan menghendaki akhir maka ini adalah kaif atau sifat jisim, maka yang tepat adalah Allah menciptakan makhluk bila kaif)


Sekali lagi saya perjelas pertanyaan nya apakah perbuatan Tuhan qodho dan qodarnya Allah itu sudah terjadi semuannya atau belum, bukankah hanya sudah ada tulisannya saja dalam kitabnya di lauhil mahfudz sebagian sudah terjadi dan sebagian nya juga belum?


Berarti keyakinan antum tidak meyakini Tuhan punya shifat masyi'ah seperti berbicara kapan saja Dia mau dll, semua perbuatannya terhenti pada azali


ASWJ: menurut akidah abu hanifah.

Karena perbuatan Allah adalah sifat di dalam azal.

ﻭﺃﻣﺎ اﻟﻔﻌﻠﻴﺔ ﻓاﻟﺘﺨﻠﻴﻖ ﻭاﻟﺘﺮﺯﻳﻖ ﻭاﻹﻧﺸﺎء ﻭاﻹﺑﺪاﻉ ﻭاﻟﺼﻨﻊ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ اﻟﻔﻌﻞ ﻟﻢ ﻳﺰﻝ ﻭﻻ ﻳﺰاﻝ ﺑﺼﻔﺎﺗﻪ ﻭﺃﺳﻤﺎﺋﻪ ﻟﻢ ﻳﺤﺪﺙ ﻟﻪ ﺻﻔﺔ ﻭﻻ اﺳﻢ

Kitab Al Fiqhul Akbar.


Azali itu tidak ada akhirnya.

Karena berbicara Allah tidak sama dengan berbicara mahluk, ada permulaan dan ada akhirnya.

Allah berbicara tidak ada kaif, tidak ada gambaran sama sekali, sekalipun seluruh alam semesta binasa allah tetap disifati dengan sifat kalam (berbicara).

Ketika seluruh mahluk belum diciptakan allah sudah disifati dengan sifat kalam (berbicara).

Abu Hanifah berkata :

ﻭاﻟﻜﻼﻡ ﺻﻔﺔ ﻓﻲ اﻷﺯﻝ

Dan kalam (berbicara) adalah sifat di dalam azali

Kitab Al Fiqhul Akbar.


Kami menukil qoul Imam Abu Hanifah. Maka jika antum membantah, sesungguhnya antum membantah akidah salaf. 


WHB:

AlQur'an itu kalam Allah yg Qadim...

apakah AlQuran yg Qadim itu kalam Allah SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN??

*(seluruhnya/sebagian adalah sebuah batas, maka Allah bila kaif) 


ASWJ:

Yang demikian mewajibkan Al Qur'an tidak diliputi waktu.

Sebab Al Qur'an sudah ada sebelum waktu diciptakan.

Allah itu esa secara dzat dan sifat.

Maka kalam Allah seperti yang satu, tidak ada sebagian sebagian


WHB: jika AlQur'an kalam Allah yg Qadim itu tidak sebagian sebagian..alias AlQur'an Kalam seluruhnya berarti Kalam Allah TERBATAS..


ASWJ:

Bagaimana mungkin bisa jadi terbatas.?


WHB:Akidah salaf itu tidak seperti yg kamu fahami


ASWJ: Bahkan sorih lafadz demi lafadznya kami nukilkan dari Abu Hanifah.

Sedangkan antum sama sekali tidak menukil qoul salaf ttg sifat perbuatan Allah.


WHB: Bagaimana bisa kamu memahami shifat azali Tuhan itu maknanya terhenti tidak ada shifat masyi'ah, tidak berbuat apa² lagi setelah menciptakan Makhluk


ASWJ:

Sifat masyiyah azali dan kekal.

Tidak ada perkataan kami yg mengatakan terhenti.


WHB: Katamu semua perbuatan nya Tuhan itu sudah terjadi terlaksana pada azali apakah benar begitu, yg didalam Al Quran itu berarti SELURUH KALAM ALLAH YANG QADIM, artinya terbatas pada sebuah Al Quran


Tuhan juga berfirman berbicara bukan hanya di dalam Al-Qur'an saja karena sebelumnya Allah juga menurunkan kitab²nya(kalamnya)


ASWJ: Sudah terjadi tidak mewajibkan berakhir di dalam hak Allah.

Karena perbuatan Allah tidak ada kaif, tidak ada gambaran sama sekali.

Lain halnya dengan perbuatan mahluk yang memiliki kaif, sehingga antum mampu menggambarkan keadaannya dengan mengatakan jika sudah terjadi maka sudah berakhir.


WHB: Sudah terlaksana belum?

dan juga berarti Nabi Muhammad mengetahui seluruh ilmu Allah..karena dipahamkan AlQur'an kepada beliau...dan AlQur'an adalah kalam Allah yg Qadim seluruhnya...


*(kata sudah dan terlaksana itu merupakan bentuk kaif, maka yang benar ada kelaksanaan tanpa kaif)


ASWJ:Jika ini adalah pertanyaan yg menghendaki adanya awal dan akhir..


Maka kami jawab :

صفة الله بلا ابتداء ولا انتهاء

Sifat Allah dengan tidak ada permulaan dan tidak ada akhir.

Yg demikian cukup.


WHB: Apakah ketika Al-Qur'an diturunkan itu hanyalah bayangan kalam Tuhan


Tuhan kalam pada masa Nabi Muhammad tidak?


Kok jawabanmu gk nyambung tanpa permulaan dan tanpa Akhir.


Bukankah penciptaan Makhluk itu ada permulaan nya dan masih berlanjut dan berlaku hingga sekarang.

Bila kamu pahami makna azali itu tidak boleh berlangsung berjalan hingga sekarang itu makna terhenti.


WHB: kalau AlQur'an itu kalam Allah yang Qadim yg tidak mengalami pembagian dan PERUBAHAN....

kenapa ada nasikh dan mansukh...

bahkan ada ayat-ayat yang tadinya dibaca sebagai al-Qur’an kemudian dimansukhkan sehingga tidak dicantumkan lagi sebagai Al-Qur’an?.


ASWJ: Jika kamu pahami tiada akhir itu artinya masih berlaku berjalan hidup bukan terhenti, jadi azali yg kamu pahami itu salah


ASWJ:

Menetapkan sifat Allah menjadi sebagian, dan sebagian. Yg demikian istilahnya tab'idh. Tab'idh adalah akidah bathil :

ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭاﺣﺪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺘﺒﻌﻴﺾ

Sesungguhnya Allah Ta'ala adalah yg satu tidak boleh menetapkan terhadapnya At Tab'idh.

Kitab Al Asma wa Sifat.


Al Qur'an itu tidak menceritakan semua kejadian.

Artinya Ilmu yg terkandung di dalam al qur'an tidak mewakili semua ilmu Allah.


Tidak ada kaitannya dengan sifat kalam Allah yg satu.


WHB: Justru saya ingin minta kejelasan dari akidah yg kalian yakini itu bagaimana


ASWJ: Jelas nyambung.

Karena pertanyaan antum menghendaki adanya awal dan akhir.

Jika dikatakan sudah terjadi, 

Maka antum akan menyimpulkan sudah berakhir.

Maka cukuplah perkataan tidak ada permulaan dan tidak ada akhir untuk menolak syubhat demikian.



WHB: Tuhan kalam pada masa Nabi Muhammad tidak?


ASWJ: Allah berfirman pada masa Nabi Muhammad.


WHB: Bila kamu katakan tanpa akhir kenapa kamu dalam memahami azali itu seolah² sudah terjadi


ASWJ: Kami katakan perbuatan Allah ada di dalam azali. Artinya perbuatan itu sudah diperbuat.

Sedangkan maf'ul nya adalah mahluk, dan terjadinya mahluk itu hadits.


WHB: Tidak boleh berlaku shifat masyi'ah dan kamu anggap shifat seperti istiwa itu sebagai shifat yg baru dan bertentangan dgn shifat Azali.Kata² Sudah diperbuat itu maknanya kamu menetapkan batas


ASWJ:

Apa yang antum fahami adalah perbuatan dengan kaifiyyah seperti mahluk.


Sedangkan ulama salaf tidak meyakini ada kaifiyyah di dalam perbuatan Allah.


Sehingga Allah berbicara antum sama kan dengan kaif berbicara mahluk, dimana mahluk jika berbicara kepada lawan bicaranya pada suatu masa, maka dia berhenti berbicara jika sudah berlalu masa itu.


Allah bukan mahluk.

Allah berbicara di dalam azali.

Dan Allah berbicara dengan Nabi Musa.

Tidak mewajibkan kalamullah yang diketahui Nabi Musa adalah hadits.

Yg hadits adalah ilmu Nabi Musa di dalam mengetahui kalamullah.


WHB: Dgn mengatakan perbuatan sudah terjadi  bermakna sudah terlaksana itu artinya kamu menetapkan batas


ASWJ: 

Nah.. inilah yg dinamakan kaifiyyah perbuatan. Dan itu kaifiyyah perbuatan mahluk.


Sedangkan perbuatan Allah

بلا كيف

Dengan tidak ada kaifiyyah.

Maka tidak sama, dan tidak boleh disamakan.

dan sifat istawa itu sudah ada di dalam azali. Karena bukan bermakna berada di atas Arsy.

Melainkan hanya Allah yg tahu maknanya.


Maka jangan salah.. yg dihukumi hadits itu bukan istawa, tapi sifat "berada di atas Arsy"


WHB: Jadi Allah sudah melakukannya contoh berbicara sejak sebelum menciptakan Makluk nya, jadi turun nya Al-Qur'an yg terjadi pada masa Nabi Muhammad saw itu bayangan kalam Allah begitukah?

Jelas sekali bahwa kamu menafikan shifat masyi'ah dan Af"aliyah nya Allah sudah terhenti pada Azali


ASWJ:

Nabi Muhammad SAW menerima Al Qur'an dari Jibril. Jibril adalah hadits, jibril menyampaikan Al Qur'an yang ditulis di lauhil mahfudz atas kehendak Allah.

Allah berfirman :

بل هو قرآن مجيد. في لوح محفوظ

Bahkan itu adalah Qur'an yang mulia, di tulis di dalam lauhimmahfudz 


WHB: Sekarang ini hanya bayangan perbuatan Tuhan, ini kesimpulan Akidahmu.

Tuhan terhenti pada Azali dan tidak melakukan apapun juga hingga sekarang.


ASWJ:

Itu kan logika antum yg mewajibkan kaifiyyah bagi perbuatan Allah.

Kami sudah menukilkan disana akidah kami sesuai perkataan Abu Hanifah :

لم يزل ولا يزال بأسمائه وصفاته

Antum faham 

لم يزل ولا يزال 

Itu sama dengan : tidak ada permulaan dan tidak akan terhenti

 

WHB: Bagaimana bisa kamu bilang tidak terhenti nyatanya kamu sendiri bilang sudah terjadi.


Bagaimana kamu dalam memahami Qodho dan Qodar?


ASWJ:

Sudah terjadi disana maksudnya sudah dilakukan perbuatan tersebut dan senantiasa tetap di dalam melakukan perbuatan itu tidak ada akhirnya

لم يزل ولا يزال

WHB: Sudah terjadi kok masih melakukan ini jelas tanaqudh.Sudah terjadi itu maknanya sudah terlaksana.Faktanya kok masih belum pernah terjadi hari akhir


WHB: katanya tadi AlQur'an Kalam Allah yg Qadim...konsekuensinya adalah keseluruhan dan tidak bisa dibagi bagi....kok skrg bilang tidak seluruh...berrti bisa dibagi2...piye to



WHB: Tidak ada nas yg menjelaskan sudah terjadi nya hari pembangkitan.

Akidah semrawut, Alias ngawut.


ASWJ:

Terjadinya hari akhir terkait dengan sifat perbuatan Allah yang mana ?


Kan sudah dikatakan, bahwa objek perbuatan adalah yg memiliki permulaan.


Hari akhir itu terjadi pada alam semesta.


alam semesta adalah objek (maf'ul) dari perbuatan Allah.

Hancurnya alam semesta sama dengan permulaan adanya alam semesta. Itu maf'ul dari perbuatan Allah.


Sebagaimana Allah tetap dikatakan kholiq sang pencipta, dan sudah disifati dengan yang menciptakan sekalipun seluruh mahluk belum wujud.


Artinya perbuatan Allah itu azali, dan wujudnya alam atau hancurnya alam adalah mahluk.

W.Perbuatan sudah terjadi belum?

A.عبدالله بن عبدالرحمن الجاوي

Ketika seluruh mahluk belum diciptakan apakah Allah diberi asma sang kholiq (sang pencipta), padahal belum ada yang diciptakan ?


Pantas saja imam malik mengusir orang yg menetapkan kaif bagi Allah.Sama seperti antum, sudah dikatakan tidak ada kaif tetap saja ngeyel..


WHB: Jika sudah terjadi itu maknanya sudah terhenti dan kamu batasi di azali dan untuk sekarang sudah tidak  ada perbuatan lagi, bukan begitu azali yg kamu fahmi.Allah punya shifat ilmu sudah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi ini maknanya sudah terjadi apa belum?


ASWJ:

Jika sudah terjadi itu maknanya sudah terhenti. Itu kaifiyyah perbuatan.

Sedangkan perbuatan di dalam sifat Allah :

Sudah terjadi maksudnya sudah di lakukan tanpa permulaan dan senantiasa melakukan perbuatan tersebut tanpa akhir. 

لم يزل ولا يزال

Maka akal tidak bisa menggambarkan perbuatan Allah. Oleh karena itu dikatakan tidak ada kaif.


WAbdurrahman Asy-Syafi'iy

Maka jelas sudah bahwa pemahaman Azalimu ngawor tidak sesuai dgn dalil naqli maupun aqli


ASWJ:

Mungkin maksud antum pemahaman abu hanifah yg ngawur.

Karena kami hanya menukil qoul abu hanifah.


Maka semakin jelas sudah, bahwa salafi wahabi tidak seakidah dengan abu hanifah (ulama salaf)


WHB: Ulama salaf mana yg mengatakan tidak iman pada Qodho dan Qodar?

Jika perbuatan itu sudah terjadi maka tunjukkan dalilnya bahwa hari pembangkitan itu sudah pernah ada?


Sudah ada penetapan dan kepastian bukan berarti sudah terjadi


ASWJ:

Hari pembangkitan itu bukan perbuatan (الفعل) akan tetapi objek perbuatan/maf'ul (المفعول)...


Sebagaimana mati nya seseorang, yg demikian adalah maf'ul dari perbuatan Allah mematikan mahluk.


Hari kebangkitan adalah maf'ul dari perbuatan Allah membangkitkan mahluk.


maf'ul itu ada permulaan dan ada kaif. Sedangkan perbuatan tidak ada permulaan tidak ada akhir dan tidak ada kaif.


الفعل غير مخلوق والمفعول مخلوق

Perbuataan Allah tidak ada awal dan akhir, sedangkan maf'ul ada awal dan akhir.


Nampak sekali di dalam menjawab hujjah عبدالله بن عبدالرحمن الجاوي hanya mengandalkan akalnya saja, sama sekali tidak ada atsar yg dia nukil dari ulama salaf tentang sifat perbuatan Allah.


WHB: Nampak sekali perbuatan Tuhan kamu artikan sudah terjadi dan mengingkari shifat masyiah, Tuhan tidak boleh berbicar atau melakukan apapun kapan saja Dia mau, karena semua perbuatan nya sudah terhenti pada Azali katamu


ASWJ:

Sudah dikatakan 

لم يزل ولا يزال

Perbuatan Allah sudah dilakukan, senantiasa di dalam melakukan perbuatan itu dan tidak akan berhenti.


WSudah terjadi kok masih bilang senantiasa itu namnaya masih berlangsung dan masih ada yg belum terjadi


ASWJ:

Ini akidah bid'ah karena mewajibkan Allah diliputi waktu. Perkataan kapan saja..itu bermakna zaman.

Sama saja meyakini perbuatan Allah itu hadits, karena sewaktu waktu berubah, adakalanya berbuat, adakalanya berhenti berbuat.

Ini jelas menyalahi akidah salaf yang mengatakan

لم يزل ولا يزال بأسمائه وصفاته

Kitab Al Fiqhul Akbar. Imam Abu Hanifah.


WHB: Berarti Allah tidak boleh melakukan segala sesuatu yg Dia kehendaki ya menurutmu. Kamu batasi semua perbuatannya.


ASWJ:

Dzohir dari ayat Al Qur'an jelas tidak menceritakan semua kejadian mahluk.


Kisah kisah di dalam Al Qur'an yang hanya mengisahkan sebagian kejadian mahluk tidak mewajibkan kalamullah terbagi bagi.


Al Qur'an, zabur, taurat, injil adalah azali.

Tersimpan di lauhilmahfudz.

Kalamullah adalah satu.

Yg diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dinamakan Al Qur'an.


------------------------

 

IRODAH ALLAH BARU

(WAHABI= AKIDAH MU'TAZILAH)


Diantara kesesatan wahabi yaitu:

Wahabi mengklaim sesuai akidah ahlussunnah tapi hakikatnya berakidah mu'tazilah di dalam masalah sifat irodah.

Wahabi meyakini irodah Allah itu baru, Allah menghendaki sesuatu dengan irodahnya yang baru, bukan irodah yang qodim azaliyyah.


Imam Abu Mansur Al Baghdadi berkata :

اﻥ اﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻗﺎﻟﻮا اﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺰﻝ ﻣﺮﻳﺪا ﺑﺎﺭاﺩﺓ اﺯﻟﻴﺔ ﻭﺯﻋﻢ اﻟﺒﺼﺮﻳﻮﻥ ﻣﻦ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ اﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﺑﺎﺭاﺩﺓ ﺣﺎﺩﺛﺔ 

Para sahabat kami, mereka berkata sesungguhnya Allah senantiasa yang berkehendak dengan kehendak azaliyyah. Dan orang-orang bashrah dari mu'tazilah menyangka sesungguhnya Allah menghendaki sesuatu dengan kehendak yang baru.

Kitab Al Farq baina Al Firaq.


Imam Abu Mansur Al Baghdadi adalah ulama yang wafat pada tahun 429 H. 


*Abdurrachman Asy Syafi'iy*






Komentar